Kamis, 16 Juli 2009

SATRIA BAJA HITAM Pingin MANDI

Bagi daerah yang air melimpah barangkali meremehkan keberadaannya. Mungkin baru terasa jika berada pada daerah susah air. Begitu pokoknya air sampai kalah orang jatuh cinta. Biarpun harus menempuh rintangan pasti tetap ditempuh untuk mendapatkannya. Kalau ditolak cinta paling sedih 1 bulan, tapi kalau nggak mandi 1 minggu siapa yang tahan. Walaupun Satria Baja Hitam....

Desa tempat tinggal Foto Model Angkatan Udara berada di tengah-tengah lahan tidur yang gersang. Jarak dari jalan propinsi 10 km. Karena jalannya jelek waktu tempuh dari jalan propinsi bisa 1 jam. Sepanjang jalan hanya ladang dan hutan kecil, ada satu jembatan kayu yang sudah mulai rusak, orang lebih memilih turun lewat sungai pada waktu kemarau karena merasa lebih aman.
Waktu ditunjukan lahan itu oleh pak Gatot sebetulnya sudah tidak setuju, tapi namanya ikut manajemen Feodal harus ”Siap Pak, Laksanakan”. Pak Gatot sering panggil saya Satria Baja Hitam, karena selalu pakai Jaket Hitam (maklum waktu itu belum bisa beli lebih dari 1). Begitu yakin kalau tidak lama disitu (lahan tidak layak), persiapanku minim sekali. Cuma bawa perlengkapan mandi dan pakaian ganti satu pasang. Berangkat ditemani 3 traktor dan 6 operator.
Setelah dilahan kita semua baru tahu kalau sebetulnya tidak layak. Tetapi karena orang disana mengharap dan melayani kita sangat baik, kita berupaya mencari lahan yang layak dengan berpindah-pindah lokasi. Air sangat langka, sampai-sampai jarang wc disana. Terpaksa kita buat wc sendiri tiap mau buang hajat. Digali pakai traktor, jongkok, tutup lagi (wc portabel dan paling mahal ya).
Sudah 1 minggu disini perasaan baru mandi 1 kali (itupun airnya kira-kira cuma 20 liter). Padahal tiap hari seharian penuh kita dilahan yang berdebu.
” Pilih mana ya diputus cinta atau keadaan begini”
Setelah menahan perasaan cukup lama untuk mandi, akhirnya saya putuskan balik dulu ke kantor untuk melapor, pertimbangannya 1 minggu sudah dicoba Bos, dan yakin tidak layak dikembangkan lahan itu.
Waktu mau balik kepala desa mencegah, alasannya sudah malam. Tetapi karena sudah nggak tahan, saya berkeras untuk berangkat. Ibu kades tiba-tiba mengingatkan kalau di ujung jalan ini ada jembatan dan kuburan, biasanya kalau malam banyak kejadian seram disitu, jadi kalau nekat saya disuruhnya baca-baca (memangnya mau ujian baca-baca), maksudnya berdoa atau baca mantra kalau ada.
Masuk akal juga bu kades, jadi
Kupegang jam tanganku sambil berteriak ”Berubaaaah !!!!!!!”
Tidak begitu deh (hiperbola banget ya). kulihat jam tangan supaya tahu jam berapa nanti sampai rumah. Dengan Bismillah sambil menguatkan pikiran dan hati (kudapat mantra ini dari Ki Sodo Lanang yang datang dari masa depan).
Belalang tempur ku tancap dengan kekuatan penuh, Begitu terlihat jembatan kusiapkan hatiku agar siap meluncurkan tendangan maut kalau terjadi apa-apa.
Betul juga sampai di jembatan tiba-tiba motor tidak bisa bergerak, padahal mesin tidak mati dan tidak menginjak rem (Sepertinya ada yang menarik atau mengangkat ban belakang). Matikan motor dan kustandar, sudah kusiapkan tendangan maut satria baja hitam yang tidak mandi 3 hari (ampuh pasti ya). Dengan mengumpulkan keberanian menoleh kebelakang, harapanku kulihat makhluk usil itu, tetapi nggak ada. Sambil menenangkan pikiran saya jongkok. Setelah normal pikiran kuteliti motor. Ternyata kayu jembatan sudah longgar dan ban motorku terperosok disana, karena kayunya licin berdebu, ban motor selip (hanya berputar), tapi tidak bisa naik. Akhirnya kudorong motor agar bisa naik. Hidupkan lagi dan wuss..... Perasaan disamping kiri kanan banyak yang nonton, bukan takut bos tapi malu.....mungkin mereka bilang

KACIAN DEH LOE SATRIA BAJA HITAM PINGIN MANDI, SIAPA MAU DEKAT-DEKAT ORANG BAU.

MEMANG SIAPA JUGA MAU DEKAT DIRIMU
AIR AIR AIR A LOVE YUO, ABANG RINDU PADAMU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar